Senin, 22 Juni 2020

5 Fase dalam Berduka

"Allah menempatkan orang-orang dalam kehidupan kita pada waktu tertentu sesuai dengan alasan tertentu, dan menghapus mereka dari kehidupan kita pada waktu tertentu"

Beberapa bulan lalu, seorang teman bercerita bahwa ia ditinggal menikah. Sejujurnya aku tidak tahu harus merespon bagaimana karena aku belum pernah mengalami fase ini. Ditambah teman ini lebih tua dariku, sehingga aku harus memilih kata dan merangkai kalimat yang tepat agar tidak menyinggung atau membuatnya lebih sedih. Aku tidak merasa percakapan kami berjalan dengan baik. Perkaranya simpel: temanku menceritakan berita kehilangan yang kurespon sebagaimana halnya ketika kita mendengar kabar duka. Tapi ternyata temanku menyangkal semua rasa yang kuyakin seharusnya itulah yang dia rasakan. 

Oke, biar kupersingkat: dia menceritakan cerita sedih. Tapi mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja dan tidak berharap apapun. Otomatis, otakku yang belum paham ini bertanya-tanya: 

"Bagaimana bisa kau berkata bahwa kau baik-baik saja? Jika memang baik-baik saja, ini tentu bukan masalah besar untukmu. It's a denial. Kau tak mau mengakui perasaanmu" 

                                          instagram: @jejynnkt

Kemudian seminggu yang lalu, kejadian serupa terulang. Seorang teman tiba-tiba mengirim pesan whatsapp mengatakan bahwa ia ditinggal menikah pacarnya. 
Hal yang sama terulang kembali, seperti cerita beberapa bulan yang lalu. Sebuah penyangkalan. Hanya saja lagi-lagi aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Aku tidak paham. Dan kalaupun harus mencari penjelasannya di google, kata kunci apa yang harus kutulis? 

Sampai akhirnya tadi sore aku menonton Deadpool 2 di TV. Saat itu, Wade frustasi karena Vanessa (istrinya) meninggal tertembak oleh penjahat yang menyusup ke rumahnya. Kemudian di sebuah kedai minum, temannya berkata kepada Wade, "Penyangkalan adalah satu dari 5 tahap berduka".

Seakan mendapat petunjuk untuk masalahku, aku langsung mencari di google dengan kata kunci dari film Deadpool tersebut: 5 Tahap Fase Berduka

Teori yang dikembangkan oleh seorang psikiater Elisabeth Kübler-Ross memaparkan bahwa kita akan melalui stages of grief atau tahap kesedihan saat mengalami kehilangan. tahap kesedihan itu dalam menjadi 5, yaitu:

1. Penyangkalan (denial)
Seperti yang kuduga, berdasarkan pengalaman dari cerita teman-temanku di atas, penyangkalan adalah reaksi yang normal. Ini memang tahap pertama dalam fase kehilangan, berguna untuk membantu meminimalkan rasa sakit dari situasi kehilangan yang tengah dihadapi seseorang. 

2. Marah (anger)
Tahap kedua adalah penyesuaian diri terhadap kenyataan. Dan hal itu diluapkan dengan perasaan marah. Pikiran kita mengatakan harus ada yang disalahkan atas semua kesedihan ini. Maka rasa marahpun masih normal dirasakan asal tidak kelewat batas. 

3. Menawar (bargaining)
Setelah rasa marah reda, kita akan mulai memikirkan kalimat pengandaian, seperti "Seandainya aku kemarin lebih perhatian", atau "seandainya ia lebih awal dibawa ke dokter", dsb. 

Yang seperti ini adalah tahap ketiga dalam fase berduka. Tujuannya adalah agar mendapat kekuatan dari kedukaan, kehilangan, dan rasa sakit.

Ini adalah fase yang paling kuingat dalam hidupku saat dalam menghadapi kehilangan. Antara marah, menyesal, sedih, bercampur jadi satu. Setiap hari tak pernah usai berandai. Pikirku, seandainya aku begini atau aku begitu, maka semua hal menyedihkan ini tak akan pernah terjadi. 

Tapi perlu diingat bahwa berandai-berandai selalu membuka celah setan di kepala kita. Membuat kita mengingkari takdir, dan sulit untuk ikhlas. Sibuk berandai-andai tak ada gunanya, tak akan mengubah apapun. Tahap bargaining ini pasti akan dilalui oleh setiap orang yang berduka, tapi jangan lama-lama ya! :) 

4. Depresi (depression)
Seiring berjalannya waktu, emosi kita mulai mereda dan kini harus benar-benar melihat kenyataan yang terjadi. Merasa sedih adalah hal wajar. Namun bila merasa sangat sedih, tidak berdaya, dan tidak dapat melewati tahap ini, bicarakan dengan orang-orang terdekat atau psikolog ya! :) 

5. Penerimaan (acceptance)
Sampailah kita pada tahap akhir. Mengenai kehilangan, akhirnya kita mampu menerimanya dengan hati ikhlas bahwa ini memang bagian dari rencana-Nya. Mungkin kita masih merasa sedih. Namun tidak apa-apa, bahagia dan duka tak akan bertahan selamanya. Kita akan belajar untuk hidup dengan situasi seperti ini. 

                                                             sumber: pinterest

Orang akan datang silih berganti dalam kehidupan kita. Aku menulis ini bukan untuk siapapun tapi untuk diriku. Kelak ketika aku dihadapkan pada kesedihan lagi, biar tulisan ini jadi pengingatku. 

Ikhlaskan... Lepaskan...
Beberapa duka sengaja ditoreh untuk menguatkan diri, agar ikhlas bersarang dalam hati, dan menyadari hanya Allah SWT yang tak pernah pergi :) 

Semangat, kamu pasti bisa melalui ini :) 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar