Minggu, 05 Juli 2020

Jurnal Kesedihan

Aku tidak bahagia

18 Juni, Percuma bercerita, karena siapapun tak akan paham. Sudah pernah kucoba bercerita pada seorang yang kuanggap bijak. Yang kuperoleh tak lain hanyalah kenyataan bahwa sebijak-bijaknya orang, tak akan mampu ia mendalami hati orang lain. 

Haruskah aku bercerita pada kucing saja? Yang akan dibalas dengan meooow , dan meminta imbalan sepotong tulan ikan yang diminta dengan rasa tak tahu diri seakan (atau memang) tidak mengerti kesedihanku.

Betapapun aku mengeluh dan merutuki nasib, sebenarnya jauh di dasar hati aku paham bahwa yang kubutuhkan adalah sabar. Mungkin aku belum punya cukup bekal untuk pergi dari sini. 

Aku tidak bahagia

1 Juli, seorang teman datang ke rumahku bersama anaknya yang berusia TK. 

Dulu kami teman bermain, sangat dekat ketika SD-SMP. Selepas lulus SMP, mulai jarang ketemu karena dia bekerja. Orangtuanya tak mampu menyekolahkannya ke jenjang selanjutnya. 

Dulu sepulang sekolah ia menyempatkan kerja sambilan yang dibayar perhari, cukup untuk dapat uang saku sekitar Rp.1000 - Rp. 2000. 

Itu dulu. Sekarang dia terlihat baik-baik saja bersama keluarga kecilnya. Bahkan bisa kuperkirakan gajinya sebagai buruh pabrik jelas jauh melampauiku.

Aku -yang setiap kali keluar rumah selalu ditanya orang: "Lho sudah pulang, sudah selesai sekolahnya?"- tidak bahagia. 

Aku tidak bahagia

2 Juli, aku tidak tahu apa yang ingin kucapai dalam hidup selain ingin memperbaiki kualitasku. Aku ingin jadi orang baik. Tapi kadang tergoda lebih ingin jadi orang kaya. Lalu kenapa tidak jadi orang kaya yang baik atau orang baik yang kaya saja? Oh Esmeralda, jelas itu harapan umat manusia. Tapi hidup itu harus memilih, ada yang harus diprioritaskan. Mau jadi orang baik dahulu atau orang kaya dahulu? Yang jelas orang yang terombang-ambing tidak pernah bahagia. 

Tanpa angin tanpa hujan tiba-tiba temanku berkata: 
seperti disadarkan bahwa aku tidak bahagia karena tidak mampu mengenali diri sendiri, tidak tahu bahwa aku telah berjalan sampai di titik ini dengan selamat dan sehat. Aku tidak bahagia karena sesimpel : aku tidak mampu membuka galeri untuk mensyukuri apa-apa yang telah kudapatkan hingga di usia sekarang. Aku fokus pada apa yang tak kupunya. Bahkan setelah aku punya yang kuinginkan, biasanya bosan. 

Aku tidak bahagia

5 Juli, aku melihat cuplikan video Meghan Markle yang memutuskan hengkang dari Royal Family. Menggunakan kacamataku sendiri, aku tahu dan mengerti apa yang mendasari keputusannya. Setiap tindakannya dikritik publik, bahkan baju yang dia kenakan juga dihujat publik. Siapa yang tahan? Siapa yang tahan atas semua tekanan itu? 

Dan di sini, aku yang bukan siapa-siapa berkata bahwa tidak bahagia? 

Pertanyaannya: Apa yang menekanku?
Jawabnya: takdirku

Aku tidak bahagia

8 Juli, sudah tujuh bulan aku di sini. Rasanya seperti hidup sendiri. Tujuh bulan, aku berkomunikasi dengan manusia lain hanya melalui dunia maya. Dengan teman-temanku, saudaraku. Apakah aku ini sedang terdampar di planet alien? Aku di sini hidup sendiri, bahkan teman bicarapun tidak ada. 
2021 tepat setelah kontrak di planet ini selesai, aku harus cabut dari sini! 


Aku tidak bahagia 

12 Juli, aku hampir setiap saat terbangun dengan perasaan rindu ke rumah mbah uti. Aku ingat rasanya, aku ingat masa kecilku. Aku masih bisa merasai aroma angin di rumahnya, suara bambu, aku masih ingat setiap inci sudut rumahnya, bau buku-buku lawas, suara tukang sayur langganan mbah uti, tempe goreng mbah uti, aku ingat rasanya dan bisa mencium oroma masakannya hanya lewat membayangkannya saja. Betapa rindunya aku.

Yang tak kupahami adalah....di mana aku saat usia SMA- Kuliah? Jelas aku lupa. Jelas aku terlalu naif, hanya peduli pada diri sendiri. Lupa pada sekitarku. Menganggap seolah mbah uti akan hidup selamanya. Aku bahkan tidak ingat di masa-masa itu aku sempat memikirkannya atau mengunjunginya atas inisiatifku sendiri. 

Dulu setiap kali libur kuliah, aku ingin bermain ke sana. Tapi sekedar ingin, nyatanya tak pernah kulakukan. Padahal jarak rumahku ke sana hanya 45 menit. Aku sibuk dengan duniaku. 

Dan saat aku sudah tidak sibuk, mereka sudah tiada. Betapa memalukannya diriku. Seseorang terasa sangat berharga ketika orang itu telah tiada...

Aku tidak tahu apa yang dirasakan mbah uti dan mbah kung saat ibu meninggal. Aku benar-benar tidak paham dan tidak mengerti. Dan mungkin juga tidak peduli. Kemana semua hatiku untuknya saat itu? 
Sepertinya mereka sangat terpukul dan tidak ada yang peduli pada perasaan mereka. Tak ada yang lebih berat bagi orangtua melihat anaknya meninggal terlebih dahulu. Jelas itu pukulan berat. Pada siapa lagi mereka menumpahkan rasa? Selain berusaha tegar untuk menguatkan anak-anaknya yang lain. 

Sebulan setelah itu, Mbah kung pergi meninggalkan dunia ini. Mungkin didera kesedihan yang teramat dalam. 

Delapan bulan setelah itu, Mbah uti menyusul. Sungguh aku tak memahami diriku sendiri. Aku yang sejak kecil bersamanya, selalu setiap liburan sekolah ke rumahnya, bermain dengannya, dan sangat sangat dekat dengannya, lalu ketika aku mulai besar aku melupakan semuanya. Sibuk dengan duniaku. Tidakkah ia rindu padaku? Tidakkah ia kesepian setelah ditinggal anak dan suaminya? 
Apakah aku pernah memikirkannya? Tidak, aku sibuk dengan urusanku sendiri. 

Oh, andai aku lebih peduli. 

Aku masih ingat saat hari kematiannya, di dapur aku melihat sesosok perempuan tua yang sangat mirip dengannya. Baik secara wajah, gestur tubuh, senyumnya, suaranya. Ohh tidakkah pada saat itu aku sangat berharap ia hadir kembali.... 

Tapi itu adik mbah uti, ia berbeda dengan mbah uti dan aku tidak mengenalnya. Di saat itulah aku merasai rindu yang teramat sangat, aku merasai kehilangan, ada yang hilang dari hidupku. Hampa, ada lubang dalam hatiku. Hari-hari setelah itu, bahkan 6 tahun setelahnya, lubang di hatiku masih menganga atas kepergiannya. 

Aku merindukannya. Hingga mendatangi rumahnya setahun sekali pun mampu menjadi sedikit pengobat rinduku. Aku akan mencium aroma angin dalam-dalam. Aku seperti melihat kilas balik tayangan hitam putih masa kecilku. 

Apakah dalam waktu remajaku, mbah Uti merindukanku? Merindukan cucunya yang dulu sangat dekat dengannya, tidakkah ia pernah kesepian dan ingat kembali akan masa silam? Sementara cucunya tak pernah datang lagi. Cucunya sibuk sendiri. 



Its been a long time

8 Maret 2021
Goalku tahun ini adalah keluar dari kota ini. Titik. Hopefully I find home somewhere else. 

Aku ingin pergi
Aku ingin pergi
Aku ingin pergi 


Jauh dari pedalaman ini. 





Kamis, 25 Juni 2020

Tulis Saja Ceritanya

Sudah pernah kemana saja?

Sudah pernah kemana saja?

 

Saya belum pernah kemana-mana. Tapi cukup ada beberapa tempat yang bisa diceritakan.

Saya yakin setiap perjalanan pasti menyimpan cerita.

Jika tidak ditulis, nanti lupa.

Tentang kenapa bisa sampai sana, tentang kisah packing minimalis, tentang bantuan orang-orang baik yang tidak dikenal, tentang teman-teman yang memberi penginapan gratis, dan sebagainya.

Meskipun ada banyak foto yang diambil saat travelling (bahkan foto juga saya gak punya banyak, heuheu), nyatanya tak mampu menceritakan secara detail apa yang terjadi saat itu. Tak sanggup menjelaskan perasaan ketika melakukan sebuah perjalanan. Di suatu masa yang akan datang akhirnya  memori itu tergerus karena keterbatasan daya ingat.

Perlahan, biarlah saya koleksi kembali ingatan itu dalam sebuah tulisan. Tidak apa-apa terlambat sekian tahun, yang penting ditulis. Siapa tahu di masa depan saat saya lupa, saat saya butuh diingatkan, maka tulisan ini akan jadi penunjuk. 

Seperti Pang yang ingatannya kembali setelah melihat rekaman videonya di masa lalu :p (The Gifted, 2018).


Foto: Perpisahan dengan Mama Nelly di Kampung Ima, Mappi, Papua bagian selatan (Hany, 2016)

Sejak kecil, saya sering diajak orang tua pergi ke luar kota. Bapak orang Batu, Ibu orang Bojonegoro. Setiap lebaran kami pergi ke Batu untuk berkumpul dengan keluarga besar. Dari perbedaan asal usul orangtua inilah cerita perjalanan saya dimulai.

Selain itu, Bapak dulu kuliahnya di Bandung dan Ibu kuliah di Malang. Ini membuat saya juga sering pergi ke Bandung saat bayi (meskipun tidak ingat sama sekali bagaimana perjalanannya, hehe). Hingga 20 tahun kemudian saat saya berkesempatan ke Bandung lagi untuk suatu agenda dan tidak sengaja bertemu Mbah (adiknya eyang), beliau bertanya,

"Kamu ingat gak dulu pas kamu bayi sering dibawa sama bapakmu main ke Batujajar?"

Wow! Saya pikir seumur hidup ini baru pertama kali ke Batujajar saat pelatihan Ekspedisi NKRI 2017, lah ternyata saya sudah pernah ke sini saat bayi! Saat mbah masih pendidikan di Pusdiklatpassus Batujajar. Kalau sekarang Mbah sudah pensiun. 

Foto: Pantai Gemah Tulungagung (Ayu, 2018)

Setiap orang memiliki makna tersendiri terhadap kisah perjalanan. Bagi saya perjalanan adalah cara untuk mengenal diri sendiri: seberapa tangguh kita menghadapi jarak dan perbedaan, seberapa bijak kita dalam memutuskan/ memilah apa yang perlu dibawa di tas, serta makna klise tentang memahami arti rumah.

Foto: Ranukumbolo (2018)


Menerima Diri Sendiri: Dulu Jelek, Terus Kenapa?

Jika kita belum mampu menerima diri sendiri dan belum mampu mencintai diri sendiri, maka kita akan cenderung menuntut orang lain untuk mencintai kita...

Aku ingin menulis tentang Menerima Diri Sendiri. Tapi aku tidak punya referensi kecuali pengalaman. Aku juga bukan psikolog atau sarjana psikologi yang capable menjelaskan tentang hal ini. 

Tapi setidaknya, ketika suatu hari nanti aku membuka tulisan ini kembali, aku tahu bahwa aku telah melewati banyak hal untuk sampai di titik yang sekarang. 

Jangan malu. Jangan malu. Just be a good girl you always have to be.

sumber: Youtube GMMTV The Gifted (2018)

____________________

Apa kesalahanku? Apa kejelekanku di masa lalu? Aku yakin tanpa ditulispun akan ingat selamanya. 
Kita tidak akan membahas hal itu. Yang berlalu, jangan digali. Yang sudah Allah sembunyikan, jangan dibongkar. Tutup rapat!
Kalau ada orang lain yang masih ungkit-ungkit, BYE! TINGGALIN...

Sebelum membahas soal menerima diri sendiri, sadarkah kalian ketika sedang bertanya tentang sesuatu dan tidak ada satu orangpun yang bisa menjawab, semesta sendiri akan punya banyak cara untuk menjawabnya?  

Seolah-olah ketika temanmu, orangtuamu, saudaramu, tidak bisa ditanya atau memberi jawaban padahal kau sangat membutuhkan, maka Dia akan bekerja dengan cara-Nya, memberimu petunjuk melalui banyak jalan. Entah lewat iklan di Tv, postingan di Instagram, atau bahkan lewat ayat-ayat kitab suci yang kau baca. 

_percayalah, Dia akan menjawab pertanyaan yang kau sangat butuh jawabannya_

Seperti malam ini saat aku menulis tentang ini. Sudah kukatakan di awal bahwa aku tak punya referensi. Maka sejenak aku berhenti menulis untuk bermain instagram. Tiba-tiba di kolom pencarian muncul ini! 
Jangankan bertanya pada orang, tanya pada Googlepun aku tidak tahu kata kuncinya. Namun tiba-tiba aku menemukan postingan di atas. Terjawab, dengan sangat mendadak. Dan penuh kejutan. MasyaAllah.... ♥️

Oke, lanjut πŸ›΅
1. ACCEPT AND LOVE YOURSELF
Sama seperti mencintai orang lain yang butuh proses, butuh perkenalan dulu. Mencintai diri sendiri juga dilakukan secara bertahap. Step by step. Its okay kalau perlu waktu. Its okay kalau berjalan pelan dan progressnya lambat. Aku sadar, pada usia 20 tahun-an aku baru paham soal ini. 
Perlakukan diri dengan baik, fisik maupun batin. Aku belum bisa maksimal dalam memenuhi hak-hak atas batin dan ragaku. Aku tidak rajin maskeran, aku sering telat sholat, aku jarang olahraga, aku sangat lama tidak hadir di kajian/majlis ilmu. Aku sedih.  Bagaimana? Bahkan mencintai diri sendiripun aku masih sangat payah πŸ˜” Sungguh, aku masih sering insecure. Mencintai diri sendiri memang butuh kekuatan dan tekad. Tapi, aku dan kamu sekalian pasti bisa πŸ’ͺ.

2. MEMAAFKAN DIRI SENDIRI
Tak ada yang lebih sulit daripada memaafkan diri sendiri di masa lalu. Apakah waktu bisa diputar kembali? Tidak. Yang harus kau lakukan adalah terimalah dulu dirimu sebelum menuntut orang lain untuk memaklumimu. Ingat, orang lain adalah di luar kendali kita. Berhenti memikirkan penilaian orang lain. Saat kita tidak bisa mengontrol orang lain, ya kita harus menerima siapa diri kita terlebih dahulu. Memang kenapa kalau kau dulunya jelek? Orang yang peduli padamu dan ada untukmu tak akan menggali keburukanmu di masa lalu apalagi dengan tujuan untuk menghakimimu.
3. MOVE ON! MOVE ON! MOVE ON! 
Aku paham ini adalah bagian tersulit untuk meninggalkan apa-apa yang membuat kita merasa buruk. Suatu kesalahan kalau semakin dibenarkan akan semakin nikmat, dan berujung dengan kita mencari alasan pembenaran. Kita akan terkungkung di tempat yang sama. Bukannya membaik, kita justru akan semakin terpuruk. Kau harus move on, pindah, carilah tempat yang lebih baik! 
mungkin hambatan dan aral melintang di hadapanmu. Tapi adakah jalan yang selalu mudah? Tidak. Puncak gunung tidak didaki dengan berleha-leha. Lautan tidak diarungi dengan rebahan. Saat diri mulai meragu, ingatlah bahwa kau sangat berharga dan masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri. Jangan disia-siakan. Kau telah melewati jalan sejauh ini. Kau sudah lebih baik dari sebelumnya dan  AKAN TERUS BERPROSES MENJADI LEBIH BAIK LAGI. Tidak apa-apa jalan pelan. Please, jangan mundur. 

____________________

Mencintai dengan tulus harusnya tanpa syarat. 
Maka mencintai diri sendiripun mestinya tidak hanya tentang kelebihan, tapi juga kekurangan diri. 

Tanpa itu, maka kebaikan dan kasih sayang yang datang dari orang lain tak akan pernah cukup bagi kita. 



 

Apa Yang Ingin Kau Buktikan (?)

Ini adalah potongan episode di serial Thailand berjudul The Gifted (2018). Review lengkapnya akan kutulis nanti, entah besok entah lusa entah tahun depan pokoknya tidak sekarang. 

Biar tidak bingung, aku akan menulis sedikit ulasannya, hehe. Lagi-lagi, tulisan ini adalah untuk pengingat diri di masa depan, ketika aku mulai lupa. 

Yuk, cussss πŸ›΅
Sumber: Pinterest

THE GIFTED (2018)

The Gifted adalah serial Thailand yang menceritakan tentang kehidupan murid di SMA no.1 di Thailand, bernama SMA Ritdha. 

SMA Ritdha merupakan sekolah asrama yang memiliki sebuah program bernama Kelas Berbakat 'Class Gifted', masuknya lewat jalur tes yg diikuti seluruh siswa di SMA tersebut. 

Kelas ini menjadi incaran para murid di SMA Ritdha karena merupakan kelas dengan kasta tertinggi. Siapapun yang masuk Kelas Gifted akan memiliki hak istimewa dalam segala hal di SMA Ritdha. Tergoda menjadi bagian The Gifted? Penasaran sama reviewnya? Sabar, yaaaa <3

Jadi murid di kelas Gifted ini ada 10, salah satunya bernama Punn. 
Sumber: Pinterest

Punn ini masuk di kelas The Gifted karena kepintarannya dalam segala bidang, sampai dia dijuluki si Sempurna. Jika orang lain cukup menguasai salah satu bidang, misalnya kimia atau olahraga, maka Punn ini bisa semuanya. Ya bermain Violin, ya Matematika, ya Bahasa asing, ya Olahraga, sampe Spelling Bee dia juga bisa. Pokok semua-semua aja dilalap sama si Pun ini. Para guru sampai rebutan untuk meminta Punn mewakili setiap cabang olimpiade/lomba. 

Hingga suatu hari terjadilah tragedi! Sepertinya Punn kelelahan setelah mengikuti banyak cabang lomba. Di dalam kamar mandi, Punn berbicara sendiri dengan dua suara, seolah-olah terjadi percakapan dua arah. Dan dua suara ini saling berdebat. Di lain waktu, Punn bahkan bisa menangis histeris dan berubah tersenyum dalam sekejap seolah ada dua orang dalam tubuhnya. 

Seorang guru bernama Pak Pom merasa curiga ada yang tidak beres pada Punn mencoba menelfon seorang psikolog dan terungkaplah apa yang terjadi pada Punn dan darimana semua kepintaran Punn ini. Yap! Dia terkena Multiple Personalities Disorder atau Kepribadian Ganda. Setiap kepintarannya mewakili satu kepribadian Punn. Jadi semua keahlian Punn bersifat imitasi atau palsu atau meniru. Itu bukan diri Punn yang asli. 

Efek buruknya, ketika dia kelelahan maka masing-masing kepribadian bisa bertengkar saling menyalahkan. Punn akan memukul dirinya sendiri, mencoba membunuh diri sendiri dengan silet maupun terjun dari atap sekolah.

Pak Pom mencoba membantu Punn. Beliau mencari informasi tentang Punn yang ternyata dia adalah anak dari seorang ayah yang bekerja di departemen pendidikan, di mana ayahnya ini sangat sibuk, sering mengabaikan Punn tapi menuntut Punn untuk sempurna dalam akademik. Belum selesai sampai di sini, ternyata kakak-kakak Punn dulunya juga siswa Gifted dan kini telah sukses dalam karirnya. Hal ini yang membuat Punn tertekan dan berusaha agar telihat ia paling sempurna dan baik-baik saja. 

Pak Pom pernah bertanya, "Punn, apa lagi yang ingin kau buktikan?" .

Punn menjawab, "aku ingin membuktikan bahwa aku nomor 1". 

Pak Pom kembali bertanya, "untuk siapa?"

Untuk siapa semua hal ini ingin kau buktikan? Tidak cukupkah semua yang telah kau capai?
______________________

Banyak dari kita yang seperti Punn. Melakukan sesuatu karena orang lain. Membuktikan sesuatu pada orang lain. 

Kita seringkali lupa, bahwa ada hal-hal yang di luar kendali kita. Contohnya adalah sikap orang lain pada kita. Kita tidak bisa mengontrol orang lain. Apakah orang itu bangga pada kita? Apakah orang itu benci pada kita? Sungguh, hal seperti ini jika kita memaksakan diri hanya akan buang-buang waktu. Kita menyakiti diri sendiri dengan bergantung pada perasaan orang lain terhadap kita. 

Dalam bahasa simpelnya, "siap-siap aja lo kecewa dan terluka kalo terobsesi sama hal-hal di luar kendali lo!".

“Tak perlu menjelaskan tentang dirimu pada siapapun, karena yang mecintaimu tidak membutuhkan itu dan yang membencimu tidak akan mempercayai itu” – Ali bin Abi Thalib RA 

Sumber: Pinterest


Hal-hal apa aja sih yang di bawah kendali kita dan di luar kendali kita? 
DI BAWAH KENDALI KITA:
1. Pertimbangan/ Pandangan kita terhadap sesuatu
2. Keinginan kita
3. Tujuan kita
4. Tindakan kita 

DI LUAR KENDALI KITA:
1. Kondisi kita saat lahir (jenis kelamin, warna kulit, orangtua kita, suku/bangsa, dll)
2. Opini orang lain
3. Penilaian orang lain
4. Tindakan orang lain

Jadi kalau kita baik sama orang dan dianya bales kurang ajar atau gak tahu diri, ya gak usah marah. LANGSUNG GAPLOK AJA! HAHAHA. Sorry, bercanda 🀧πŸ€ͺ

Dengan demikian kita tidak harus membuktikan apapun pada orang lain. Pengen baik ya sudah niatkan berbuat baik aja. Juga kita tidak perlu menyalahkan orang lain jika segala sesuatu tidak berjalan sesuai dengan kehendak kita (tapi kita bisa menetapkan batasan dan berhak membela diri jika ada perlakuan yang tidak semestinya terhadap diri kita).

Contoh dalam kehidupan sehari-hari tentang hal yang berada di dalam kendali kita dan yang berada di luar kendali kita tuh apa sihh? Media Sosial. Kadang setiap kali bikin postingan atau story di Instagram aku masih suka insecure. Kadang aku merasa postinganku akan banyak yang lihat atau like. Dan ternyata ketika terlanjur ber-ekspektasi tinggi tahunya yang like sedikit. Huft, langsung deh mikir postinganku pasti jelek, lanjut deleted post. Padahal mau orang suka atau nggak kan itu di luar kontrol kita. Di dunia ini nggak semua yang kita suka juga harus disukai orang lain, kan? Sooo kalau bikin postingan, STOP melihat berapa jumlah viewernya atau jumlah like-nya. Kalau kita merasa tulisan kita benar, ya sudah niatkan saja untuk berbagi informasi atau menghibur. Perkara orang mau menjentikkan jempolnya di logo love atau tidak, biarlah itu jadi urusan semesta, hahaha...
sumber: Google

Contoh lainnya, nah ini buat mahasiswa nih, MAHASISWA. Berdasar pengalamanku dan jutaan mahasiswa di luar sana juga pasti, heuheu πŸ˜‹

Saat kita lagi sidang skripsi, nah loh bahas skripsi, fokuslah pada apa yang bisa kita lakukan dengan baik. Contohnya: Belajar memahami materi, bikin power point yang baik, latihan presentasi, latihan tanya jawab, jangan lupa siapkan undangan buat dosen pembimbing dan dosen penguji tentang jadwal sidang kita (aku dulu lupa 😭 akhirnya dimarahi habis-habisan karena ngabarin dosen ndadak),  siapkan sajian snack yang pantas. Pokoknya upayakan maksimal, deh. Kasih terbaik yamg kita bisa berikan saat sidang skripsi nanti. 

Sampai sini paham, ya? 

Nah, setelah semua upaya maksimal yang kita lakukan, perkara nilai skripsi adalah DI LUAR KENDALI KITA. Yuu baca lagi apa-apa yang di bawah kendali kita dan di luar kendali kita 😊. 

Soo, jangan stress perkara nanti dapat nilai apa, mau A atau A+ itu di luar kontrol kita, gais. Itu adalah mutlak penilaian dari dosen. Tugas kita apa? Lakukan dan persiapkan yang terbaik :)

PERCAYA, DEH. HASIL TIDAK AKAN MENGKHIANATI USAHA 

Maka jelas, menggantungkan kebahagiaan kita pada hal-hal di luar kendali kita itu tidak rasional, gais. Kebahagiaan adalah tanggung jawab diri masing-masing. 

Sekali lagi, apa yang harus kita lakukan? 
Lakukan yang terbaik versi kita, bukan untuk orang lain. Tapi karena kita bisa melakukan yang terbaik dan niat tulus ingin menjadi baik. 

Setelah itu pasrahkan pada Allah, ikhlas. Berdoa sama Allah, minta agar apa yang kita lakukan, kita ucapkan adalah bermanfaat dan menyenangkan hati orang lain (minimal yaa tidak menyakiti hati orang, gitu).
Pada akhirnya apakah mereka bangga pada kita, apakah mereka peduli pada kita, apakah mereka mengagumi kita, itu di luar kendali kita 😊

Ingatkah kita bahwa yang memiliki hati adalah Allah? Yang bisa membolak-balikkan hati orang adalah Allah? 

"HAVE COURAGE AND BE A GOOD ONE AS YOU ALWAYS HAVE TO BE"

Selasa, 23 Juni 2020

FOOD IS AWESOME

I LOVE FOOD SO DAMN MUCH! ♥️

 

foto: pembuatan roti saat di BLK (koleksi pribadi) 

 

Aku tidak ingat kapan pertama kali sangat suka mencicipi aneka makanan. Tapi kurasa itu dimulai saat masuk kuliah 😁😁

 

Aku sudah dapat berpikir sendiri dan memutuskan apa yang ingin kumakan. Aku juga punya uang sendiri. 

Apakah aku harus menulis beberapa resep sederhana juga? Karena selain suka makan, kadang aku juga memasak sesuatu yang simpel.


foto: memasak takoyaki (koleksi pribadi)

                       

Food is not simply stuff that people eat when their hungry. Food is an art. 


1. Ya! Makanan adalah sebuah seni. Sebuah mahakarya. Bagaimana seseorang dapat menciptakan resep yang begitu enak? Dan tampilan yang sangat bagus? Ini tentu membutuhkan kreativitas dan jiwa seni. 

  

foto: makan bakso di Singosari (koleksi pribadi)


2Makanan juga sebuah ilmu. Itulah mengapa ada sekolah jurusan Tataboga. Kuliah jurusan Ilmu Pangan. Karena makanan memang TIDAK PERNAH SESIMPEL ITU. Donat dan roti memerlukan ilmu biologi, fisika, dan kimia. Ia adalah terapan dari semua cabang ilmu sains. 

 

foto: membuat donat (koleksi pribadi)

Saat kau membuat donat. Kau akan tahu mengapa garam dicampurkan di akhir adonan? Mengapa tidak boleh dicampur bersamaan dengan ragi? Jawabannya simpel. Karena Bakteri Saccharomyces cerevisae akan mati jika tercampur garam. Jika ia mati, roti atau donat tidak akan mengembang atau bantat. 

3. Food brings people together. Coba saja bawa sepiring pisang goreng atau sekotak pizza. People will comes around youuuu!! 😍😍😍😍😍 Lets spark joy with foodie.

 

  

foto: Mie setan (koleksi pribadi)


4. Food is always there for you to solve every problem. 

Problem: Unexpected broken heart

Solution: texted a friend and said "Mie setan yok rek!" Atau "gelato yok rek!".

Problem: Haven't started studying for your final tomorrow

Solution: grabfood--> Chatime, Dum Dum, Janji Jiwa, and any Boba Tea 😁

Problem: Kerjaan numpuk bikin stress

Solution: beli cilok super pedes sama es degan. 

 

foto: makan ayam kremes di Sulfat (koleksi pribadi)


Huft I think that's all. Overall, food is much more than what it seems on the surface. It is powerful and makes differences in people's everyday. 


Let me say one more:
 I LOVE FOOD. 

And think you should too. So, there are above a reasons why we <3 food SOooo much ♥️

Psstt. Ways to my heart: 

1. Bring me food

2. Make me food

3. Be food

 

 

 
foto: makanan favorit di Illy Cafe (koleksi pribadi)

 

πŸ˜†πŸ˜πŸ˜‹ 

 


Surat Yang Entah Sampai Pada Pemiliknya Atau Tidak

Ingin kukatakan,

"Kupikir tak ada lagi kita, dari tahun ke tahun aku menahan dan menyiapkan diri untuk segala yang terburuk tapi tak pernah terjadi "

Tapi kalimat itupun tak pernah terucap. Kita seperti dua orang asing yang selalu terjebak oleh momen. Terlalu sering bersama, tapi tak tahu harus bicara apa.

Esok atau puluhan tahun mendatang, atau barangkali saat aku mulai lupa, biar tulisan ini bisa jadi pengingat diri. Bahwa pada suatu masa ada yang terngiang-ngiang di kepala tentang apa yang tak bisa terucap, maupun yang tak bisa dicabut kembali. Maka kutulis sebuah surat entah sampai atau tidak, entah melalui orang kesekian atau langsung kepada si penerima. Inilah suratku:

Kau adalah orang yang punya hati tulus, sifat yang baik, jujur, berpikiran terbuka, berwawasan luas, terpelajar, berbudi pekerti, dan memiliki hati yang lapang dalam memandang berbagai hal. Kekayaanmu adalah semua pribadi baik itu, yang tidak semua orang punya, tapi kau punya dalam dirimu. Tapi aku tak pernah memuji di depanmu langsung. Sengaja aku tidak mau memuji lebih awal. Aku tahu kau telah melewati banyak hal, tapi perjalananmu masih panjang. Aku pun tidak tahu pasti, akan jadi apa kita kelak di kemudian hari. 

Aku sendiri sedang belajar, sungguh tidak mau jadi wanita angkuh dan memiliki hati seperti kaca, rapuh dan manja maksudku. Meskipun ya, sejujurnya akupun suka dimanja, aku bahagia saat kau bermanis-manis dalam tingkah lakumu. Kau tahu cara bersikap di hadapan perempuan. Dari siapa kau belajar?

Pada malam itu, hari di mana kartu-kartu bertebaran di meja, aku tahu pasti bahwa kesempatan jelas tidak datang dua kali. Petir tidak menyambar dua kali di tempat yang sama! Tapi pikiranku berputar-putar untuk memikirkan jawaban yang tepat, aku merangkai kata agar tak menyesalinya di kemudian hari (orang harus berpikir sebelum berkata kan?).

Maka kuputuskan saat itu juga: Aku tidak ingin berbicara dalam keadaan bercanda seperti itu. Tidak, sebuah rasa tidak sebercanda itu. 4 tahun. Perasaanku jauh lebih berharga daripada kartu-kartu di meja. 

sementara keputusanku kuanggap tepat seperti ini. Aku telah berdiri dalam kesadaranku.

Jadi, kau adalah orang baik. Terbaik yang pernah kutemui dalam hidupku. Aku menjaga dengan hati-hati seperti sebuah guci poselen. 

Aku ingin menjadi perempuan yang kuat dan setara di sisimu, supaya jadi teman diskusi dan ngobrol yang baik. Dan membantumu dalam membuat keputusan-keputusan penting. Perempuan pun harus berani menyatakan pendapat kan? Sekalipun belum tentu benar. Aku ingin jadi perempuan tabah. Tak takut pada kekeliruan dan mau belajar dari kesalahan. Pribadimu mampu menerimaku yang seperti itu. Bagaimana? Aku sangat ingin tahu pendapatmu tentang aku. 

Apa aku terlalu keras pada diri sendiri? Atau justru sifatku berkebalikan dari apa yang kutulis? Coba katakan padaku agar aku memperbaiki diri.

Dari semua hal yang kutulis di atas, bersamamu aku bisa berkembang dan belajar banyak hal. Pribadimu sangat baik, kau adalah guru kehidupan bagiku. Tapi, entah takdir nanti bagaimana, andaikan aku tanpamu (semoga) akan tetap baik-baik saja dan hidup sebagaimana mestinya. Perempuan harus bisa berdiri di kakinya sendiri, kan? Aku jangan menggantungkan hidup dan bahagiaku padamu, kan? Tidak, tak akan kugantungkan kebahagiaanku sepenuhnya di pundakmu. Itu tanggung jawab diri masing-masing. 

Kota B. 2020
Aku yang selalu mengagungkanmu.

Senin, 22 Juni 2020

5 Fase dalam Berduka

"Allah menempatkan orang-orang dalam kehidupan kita pada waktu tertentu sesuai dengan alasan tertentu, dan menghapus mereka dari kehidupan kita pada waktu tertentu"

Beberapa bulan lalu, seorang teman bercerita bahwa ia ditinggal menikah. Sejujurnya aku tidak tahu harus merespon bagaimana karena aku belum pernah mengalami fase ini. Ditambah teman ini lebih tua dariku, sehingga aku harus memilih kata dan merangkai kalimat yang tepat agar tidak menyinggung atau membuatnya lebih sedih. Aku tidak merasa percakapan kami berjalan dengan baik. Perkaranya simpel: temanku menceritakan berita kehilangan yang kurespon sebagaimana halnya ketika kita mendengar kabar duka. Tapi ternyata temanku menyangkal semua rasa yang kuyakin seharusnya itulah yang dia rasakan. 

Oke, biar kupersingkat: dia menceritakan cerita sedih. Tapi mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja dan tidak berharap apapun. Otomatis, otakku yang belum paham ini bertanya-tanya: 

"Bagaimana bisa kau berkata bahwa kau baik-baik saja? Jika memang baik-baik saja, ini tentu bukan masalah besar untukmu. It's a denial. Kau tak mau mengakui perasaanmu" 

                                          instagram: @jejynnkt

Kemudian seminggu yang lalu, kejadian serupa terulang. Seorang teman tiba-tiba mengirim pesan whatsapp mengatakan bahwa ia ditinggal menikah pacarnya. 
Hal yang sama terulang kembali, seperti cerita beberapa bulan yang lalu. Sebuah penyangkalan. Hanya saja lagi-lagi aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Aku tidak paham. Dan kalaupun harus mencari penjelasannya di google, kata kunci apa yang harus kutulis? 

Sampai akhirnya tadi sore aku menonton Deadpool 2 di TV. Saat itu, Wade frustasi karena Vanessa (istrinya) meninggal tertembak oleh penjahat yang menyusup ke rumahnya. Kemudian di sebuah kedai minum, temannya berkata kepada Wade, "Penyangkalan adalah satu dari 5 tahap berduka".

Seakan mendapat petunjuk untuk masalahku, aku langsung mencari di google dengan kata kunci dari film Deadpool tersebut: 5 Tahap Fase Berduka

Teori yang dikembangkan oleh seorang psikiater Elisabeth KΓΌbler-Ross memaparkan bahwa kita akan melalui stages of grief atau tahap kesedihan saat mengalami kehilangan. tahap kesedihan itu dalam menjadi 5, yaitu:

1. Penyangkalan (denial)
Seperti yang kuduga, berdasarkan pengalaman dari cerita teman-temanku di atas, penyangkalan adalah reaksi yang normal. Ini memang tahap pertama dalam fase kehilangan, berguna untuk membantu meminimalkan rasa sakit dari situasi kehilangan yang tengah dihadapi seseorang. 

2. Marah (anger)
Tahap kedua adalah penyesuaian diri terhadap kenyataan. Dan hal itu diluapkan dengan perasaan marah. Pikiran kita mengatakan harus ada yang disalahkan atas semua kesedihan ini. Maka rasa marahpun masih normal dirasakan asal tidak kelewat batas. 

3. Menawar (bargaining)
Setelah rasa marah reda, kita akan mulai memikirkan kalimat pengandaian, seperti "Seandainya aku kemarin lebih perhatian", atau "seandainya ia lebih awal dibawa ke dokter", dsb. 

Yang seperti ini adalah tahap ketiga dalam fase berduka. Tujuannya adalah agar mendapat kekuatan dari kedukaan, kehilangan, dan rasa sakit.

Ini adalah fase yang paling kuingat dalam hidupku saat dalam menghadapi kehilangan. Antara marah, menyesal, sedih, bercampur jadi satu. Setiap hari tak pernah usai berandai. Pikirku, seandainya aku begini atau aku begitu, maka semua hal menyedihkan ini tak akan pernah terjadi. 

Tapi perlu diingat bahwa berandai-berandai selalu membuka celah setan di kepala kita. Membuat kita mengingkari takdir, dan sulit untuk ikhlas. Sibuk berandai-andai tak ada gunanya, tak akan mengubah apapun. Tahap bargaining ini pasti akan dilalui oleh setiap orang yang berduka, tapi jangan lama-lama ya! :) 

4. Depresi (depression)
Seiring berjalannya waktu, emosi kita mulai mereda dan kini harus benar-benar melihat kenyataan yang terjadi. Merasa sedih adalah hal wajar. Namun bila merasa sangat sedih, tidak berdaya, dan tidak dapat melewati tahap ini, bicarakan dengan orang-orang terdekat atau psikolog ya! :) 

5. Penerimaan (acceptance)
Sampailah kita pada tahap akhir. Mengenai kehilangan, akhirnya kita mampu menerimanya dengan hati ikhlas bahwa ini memang bagian dari rencana-Nya. Mungkin kita masih merasa sedih. Namun tidak apa-apa, bahagia dan duka tak akan bertahan selamanya. Kita akan belajar untuk hidup dengan situasi seperti ini. 

                                                             sumber: pinterest

Orang akan datang silih berganti dalam kehidupan kita. Aku menulis ini bukan untuk siapapun tapi untuk diriku. Kelak ketika aku dihadapkan pada kesedihan lagi, biar tulisan ini jadi pengingatku. 

Ikhlaskan... Lepaskan...
Beberapa duka sengaja ditoreh untuk menguatkan diri, agar ikhlas bersarang dalam hati, dan menyadari hanya Allah SWT yang tak pernah pergi :) 

Semangat, kamu pasti bisa melalui ini :)